Mempelajari dan Menjalani Kebijaksanaan Leluhur: Kekuatan Pemuda untuk Tanah, Hutan, dan Wilayah di Asia

Refleksi dan Rekomendasi Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal

Author: 16 Kelompok Pemuda, Jaringan Masyarakat Adat, dan Organisasi Mitra di Asia

Date: October 15, 2023

Ditulis bersama oleh 16 organisasi dari seluruh Asia — meliputi kelompok pemuda, jaringan Masyarakat Adat, dan organisasi mitra – laporan terbaru ini mengumpulkan dan mengedepankan pengalaman dan kepemimpinan para aktivis pemuda dari Asia dalam sebuah ajakan untuk bertindak.

Pemuda dari Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal di Asia, dan di seluruh dunia secara lebih luasnya, sering kali berada di tengah-tengah kompromi yang tampak mustahil. Mereka menavigasi keseimbangan yang sulit antara kekuatan “modernisasi” dan hubungan antar generasi mereka dengan keluarga dan komunitasnya.

Laporan ini menunjukkan bagaimana dengan membangun ikatan antar generasi yang kuat dengan komunitas, budaya, dan konteks ekologi, pemuda menjadi pembela hak-hak kolektif yang termotivasi secara mandiri. Mentor dan gerakan memberikan energi bagi perkembangan mereka, dan solidaritas dari para mitra memperkuat perjuangan mereka.

Berikut adalah 5 prinsip utama yang mereka rekomendasikan untuk membangun kepemimpinan pemuda masyarakat adat dan lokal pada tahun 2024 dan seterusnya:

  1. Pengorganisasian pemuda selalu bersifat antar generasi
  2. Pemimpin menciptakan lebih banyak pemimpin
  3. Pemuda belajar dengan cara memimpin dan mitra memimpin dengan mempercayai mereka
  4. Keselamatan pemuda adalah tugas bersama
  5. Solidaritas kita adalah hal yang sakral

Kaum muda sering kali memahami hal yang dipertaruhkan karena mereka sudah mengalaminya. Mereka memahami bahwa isu-isu mereka saling terkait dan mengakar karena mereka telah berjuang untuk mengurai dan mengatasinya. Namun yang terpenting, mereka siap untuk mengkonsolidasikan komitmen dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk menang bersama.

Para penulis: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara; Asia Indigenous Peoples Pact; Asia Indigenous Youth Platform; Asia Young Indigenous Peoples Network; Barisan Pemuda Adat Nusantara; Cambodia Indigenous Peoples Alliance; Cambodia Indigenous Youth Association; Center for Indigenous Peoples’ Research and Development; Federation of Community Forestry Users Nepal; Kaum Muda Tanah Air (KATA) Indonesia; Konsorsium Pembaruan Agraria; RECOFTC; Rights and Resources Initiative; RMI-The Indonesian Institute for Forest and Environment; and Youth Federation of Indigenous Nationalities.

Laporan lengkapnya juga tersedia dalam bahasa Nepal atau Inggris.


https://doi.org/10.53892/UFYL5847
  • Related Materials

Related Materials

Pemuda dari Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal di Asia

  • Buku komik “Let’s Go Back Home” diproduksi bersama oleh desa Mae Yod, Pgakenyaw Association for Sustainable Development (PASD), dan Asia Indigenous Peoples Pact (AIPP), dengan tujuan menciptakan rasa cinta, hormat, dan kebanggaan di kalangan pemuda adat atas asal usul dan identitas budaya dan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan mata pencaharian Masyarakat Adat di kalangan masyarakat. Cara hidup dan budaya tradisional mereka yang erat dengan alam, tergambar dari Masyarakat Adat Pgakenyaw yang memiliki bahasa, budaya, tradisi, dan pengetahuan yang kaya untuk mengelola komunitas dan sumber daya alamnya sendiri secara berkelanjutan.
  • Laporan konferensi pendirian Asia-Pacific Indigenous Youth Network (APIYN) pada tahun 2017, menawarkan cerita dan narasi yang kaya dari acara dengan lebih dari 100 peserta dari 17 negara di Asia-Pasifik. Bertujuan untuk memanfaatkan dinamisme dan idealisme pemuda adat untuk kampanye lingkungan internasional dan partisipasi mereka yang lebih besar dalam kegiatan PBB, konferensi ini terdiri dari tiga bagian utama: hutan dan konvensi keanekaragaman hayati, pelatihan kepemimpinan, dan pertemuan persiapan untuk UNPFII07 dan pertemuan APIYN yang sebenarnya. Laporan ini mencakup masing-masing bagian ini secara rinci, dengan fokus tambahan pada gender.
  • “Back to the Village: Indigenous Education in Indonesia” merupakan film dokumenter dari pendidik adat yang berkumpul dari seluruh Indonesia dan Filipina di Kasepuhan Ciptagelar, Jawa Barat. Mereka membahas masalah-masalah sistem pendidikan yang ada dan mengembangkan visi masa depan tentang pentingnya Masyarakat Adat memulai pendidikan mereka sendiri—pendidikan tentang adat sendiri yang metode dan kontennya ditentukan sendiri.
  • Bagian buku “Carrying on the Fight” menggambarkan empat masalah yang dihadapi oleh Masyarakat Adat di Asia dari perspektif Aisah, pemuda adat, yang telah menjadi bagian dari perjuangan Masyarakat Adat di Filipina dan terlibat dengan organisasi pemuda adat lainnya di Asia sebagai bagian dari Asia Young Indigenous Peoples Network (AYIPN). Aisah menguraikan jawabannya dari pertanyaan tentang “mengapa” dan “bagaimana” pemuda adat dapat memperbaiki situasi Masyarakat Adat dan menjadi pemimpin saat ini dan masa depan, pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dielaborasi dengan menyajikan praktik-praktik baik yang telah dilakukan oleh berbagai kelompok pemuda, termasuk anggota AYIPN, baik dalam konteks lokal, nasional, regional, maupun internasional.
  • “Empowering Indigenous and Local Community Youth for a Sustainable World” ini adalah rekaman video perayaan Hari Pemuda Internasional (Youth Day Celebration) yang dilakukan pada 11 Agustus 2023, dipimpin oleh organisasi pemuda dari Indonesia, Nepal, dan India (KATA, BPAN, dan YFIN) dan kelompok regional Asia Indigenous Youth Platform (AIYP), dengan dukungan teknis dari RECOFTC, RRI, dan AIPP. Selama 2,5 jam, Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal di seluruh wilayah Asia berbagi perspektif, pengalaman, dan keahlian mereka tentang aktivisme, hak atas tanah, dan pengelolaan tanah yang berkelanjutan dengan menyoroti pentingnya pengetahuan antar generasi yang diturunkan dari para tetua ke pemuda, memungkinkan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal untuk hidup secara berkelanjutan dan harmonis dengan alam.

Hak atas Tanah Kolektif di Asia

  • Laporan “Reconciling Conservation and Biodiversity Goals with Community Land Rights in Asia” merupakan kolaborasi antara lebih dari 20 organisasi Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal di Asia Selatan dan Asia Tenggara, membingkai konservasi lebih dari sekedar isu pengelolaan sumber daya alam dan menyoroti pertanyaan tentang tata kelola, otonomi, dan kedaulatan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal untuk mencapai aspirasi pembangunan yang mereka tentukan sendiri. Pertemuan ini menyatukan data dan cerita dari komunitas di lapangan untuk menempatkan ulang wacana hak asasi manusia dan konservasi global pada inti realitas politik yang unik di Asia.
  • Laporan singkat “Under the Cover of Covid: New Laws in Asia Favor Business at the cost of Indigenous Peoples’ and Local Communities’ Land and Territorial Rights” mengkaji perkembangan legislatif di India, Indonesia, dan Filipina selama COVID-19, menyoroti lemahnya hubungan manusia-lingkungan yang berkelanjutan dan hak-hak Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal atas wilayah adat mereka. Laporan ini merangkum perkembangan legislatif melalui tiga tema: kemajuan dari peluang, stimulus dan kompensasi perusahaan, dan solusi atas pandemi dari tingkat atas hingga tingkat bawah yang melemahkan hak-hak Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal.

Analisa Global

  • Standar Hak atas Tanah “Land Rights Standard” adalah standar yang dikembangkan oleh Indigenous Peoples Major Group for Sustainable Development (IPMG) dan Rights and Resources Initiative (RRI), dengan dukungan dari Forest Peoples Programme (FPP) dan Global Landscapes Forum (GLF). The Land Rights Standard telah didukung oleh 74 lembaga, organisasi, perusahaan, dan investor. Standar ini adalah seperangkat prinsip-prinsip praktik baik untuk mengakui dan menghormati hak atas tanah dan sumber daya Masyarakat Adat, Komunitas Lokal dan Masyarakat Keturunan Afrika dalam restorasi dan manajemen bentang alam, konservasi, aksi iklim, serta pengembangan proyek dan program.
  • Edisi kedua dari “Who Owns the World’s Land?” merupakan laporan kemajuan selama lima tahun pertama (2015-2020) dari Sustainable Development Goals (SDGs), Paris Agreement, dan Land Rights Now yang memiliki target untuk menggandakan bidang tanah milik masyarakat dengan memberikan data yang diperbarui tentang luas tanah yang diakui secara hukum sebagaimana dirancang untuk dan dimiliki oleh Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal di 73 negara yang mencakup 85 persen tanah global. Laporan ini juga meninjau kembali dan memperluas perkiraan luas tanah yang secara tradisional dimiliki dan digunakan oleh Masyakarat Adat, Komunitas Lokal, dan Masyarakat Keturunan Afrika, tetapi hak-hak mereka atas tanah tersebut belum diakui secara hukum oleh pemerintah nasional.
  • “Next Generation Leadership Project” dari LifeMosaic berisi informasi tentang program Kepemimpinan Generasi Selanjutnya yang menciptakan dan menyelenggarakan pelatihan unik untuk pemuda adat, berfokus pada membangkitkan kesadaran mereka untuk mempertahankan wilayah mereka dan memberi mereka keterampilan untuk memfasilitasi proses partisipatif yang didasarkan pada budaya mereka sendiri. Program ini mendukung munculnya generasi baru para pemimpin adat di akar rumput, pembangun gerakan, dan agen perubahan serta mendukung masyarakat untuk mempraktikkan pembangunan yang mereka tentukan sendiri dengan menggunakan lebih dari 75 metode untuk partisipasi, banyak di antaranya berasal dari Masyarakat Adat sendiri.
  • The Youth Climate Justice Study memiliki daftar bacaan artikel, analisis, dan laporan yang telah ditulis dari tahun 1999 hingga 2022 tentang evolusi dan dampak gerakan keadilan iklim yang dipimpin pemuda dan disusun oleh tim peneliti dari Youth Climate Justice Study bertujuan sebagai sumber daya yang berguna bagi mereka yang bekerja di dalam gerakan atau penyandang dananya. Hyperlink disediakan untuk setiap artikel dengan tautan ke pekerjaan yang dilakukan sejak Oktober 2022 meskipun beberapa makalah akademik berada di belakang paywall atau membutuhkan permohonan akses kepada penulisnya, tetapi terdapat banyak artikel yang mudah diunduh. Sebagian besar penelitian akademik dan literatur abu-abu yang dikutip di sini memiliki tahun penerbitan 2019 atau lebih baru, yang mencerminkan peningkatan pengorganisasian pemuda global untuk iklim di rentang waktu ini.